Rabu, 07 September 2016

[Fanfict] Misteri 48 [Chapter Four]


Maka hari sabtu yang penuh dengan ketakutan, kegelisahan, dan kebencian itu pun berlalu. Theater di hari itu tetap berjalan dengan baik meskipun beberapa kali lampu di gedung itu mati. Siswa yang mengetahui bahwa ada dua diantara mereka yang diculik oleh Mr. Black itu pun mulai gelisah dan was-was. Banyak dari mereka yang takut untuk masuk sekolah lagi. Namun, para guru mencoba menenangkan mereka dan memberikan pengamanan lebih disekolah itu, sehingga murid lebih tenang dalam mengikuti pelajaran.
    "Apa Mova sama Rica baik-baik aja ya?" tanya Shania.
    "Nggak tahu Shan, tapi semoga aja seperti itu.." ucap Melody cemas.
    "Mel, secepatnya kita harus tangkap Mr. Black itu dan bawa ke polisi. Kita laporin dia kesana.." ajak Ve.
    "Aku juga maunya masalah ini cepet selesai, tapi kita masih belum punya bukti yang cukup buat ungkap siapa dia.." jelas Melody.
    "Huh.. Apa nggak ada cowok dari siswa sini yang bisa bantuin kita?" tanya Dhike.
    "Kalau cowok banyak yang mau bantuin, cuman mereka selalu gagal dulunya. Itu buat mereka trauma dan nyerah.." kata Gaby.
    "Gimana kalau cowok dari luar sekolah ini?" usul Stella.
    "Cowok luar? Siapa maksud kamu Stell?" tanya Sendy.
    "Hmm.. Ada lah pokoknya. Besuk aku kenalin dia sama kalian.." kata Stella membuat teman lainnya penasaran.
    "Okelah kalau gitu. Semoga cowok itu bisa membantu.." kata Sonya.
    "Yaudah yuk kita pulang? Udah sore nih. Nggak kerasa lama juga kita ngobrol disini.." ajak Jeje.
    "Oke, ayo kita pulang. Hati-hati ya semua.." kata Melody sambil berjalan pulang.

    Mereka semua pulang ke rumahnya masing-masing. Hari senin esok akan menjadi hari baru dimana mereka semua harus ekstra kerja keras dalam menguak kasus disekolah mereka, serta membagi waktu mereka untuk belajar.
    "Halloo.." kata Stella dari telepon.
    "Hallo. Ini siapa ya?" tanya seorang laki-laki.
    "Ini Stella. Kamu masih inget aku nggak Mo?"
    "Ohh, Stella. Iya, iya aku inget. Ada apa? Tumben telepon aku?" tanya Imo.
    "Aku mau minta tolong ma kamu nih, bisa nggak?"
    "Minta tolong apa? Kalau bisa, aku pasti bantu kok.."
    "Kamu udah denger kan kalau di sekolah aku ada banyak kejadian aneh dari dulu? Sampai sekarang belum terungkap. Nah, aku sama temen-temenku ditugasin buat ungkap masalah itu. Apa kamu bisa bantu kami?"
    "Hhahaha.. Masalah yang bahkan nggak bisa diatasin sama polisi itu ya?"
    "Hih, kok malah ketawa! Iya, masalah itu.. Bantuin dong.."
    "Hmm.. Kapan ketemuan sama semua temen-temen mu itu? Atur jadwalnya, aku kesana.."
    "Besuk aja Mo, disekolah kami. Jam 2 siang, gimana?"
    "Besuk? Cepet banget? Nggak bisa seminggu atau sebulan lagi gitu?"
    "Yaelah Mo.. Ini masalah gawat banget.. Bantuin deh.."
    "Iya, iya. Besuk ya, jam 2 siang aku ke sekolahmu.."
    "Oke sipp. Makasih ya.."
    "Iyaa.. Tapi jangan lupa siapin makanan buat aku ya. Bye!"
    "Eh, enak.." belum selesai Stella berbicara, telepon sudah ditutup.
    "Dasar.." batin Stella.

    Hari minggu telah berlalu. Kini hari dimana Stella dan teman-temannya akan bertemu dengan Imo pun tiba. Dan ketika sudah lama menunggu..
    "Mana Stell temen kamu? Kita udah nunggu hampir setengah jam nih disini.." kata Nabilah kesal.
    "Iya Stell.. Lama banget. Keburu laper.." tambah Sonya.
    "Sabar, sabar. Yaudah yuk beli makan dikantin dulu sambil nunggu dia.." ajak Stella.

    Lantas mereka memesan makanan dikantin yang masih buka. Sambil makan, mereka semua sempat mengobrol. Ketika sedang asik-asiknya mengobrol..
    "Makanan bagianku mana Stell? Hhihi.." ucap seseorang.
    "Eh.. Kamu! Lama banget ditungguin disini. Janjinya jam 2, tapi setengah 3 baru muncul.." ucap Stella kesal.
    "Hhaha.. Maaf, maaf. Tadi aku harus lakuin sesuatu dulu.." jelas Imo.
    "Ohh.. Jadi cowok ini yang kamu maksud mau bantuin kita Stell?" tanya Kinal.
    "Iya Nal.."
    "Kalau dari mukanya sih, nggak meyakinkan.." kata Jeje.
    "Hhahahaha.." Imo hanya tertawa. Menertawakan yang mereka katakan.
    "Udah lah nggak papa. Nama kamu siapa?" tanya Melody.
    "Aku Imo.."
    "Ohh, aku Melody. Salam kenal.."
    "Hap. Salam kenal juga.."

    Mereka semua berkenalan satu per satu. Setelah selesai, mereka mulai membicarakan masalah yang sebenarnya..
    "Jadi Mo, kita pakai istilah Mr. Black buat panggil si penjahat itu. Kamu juga biasain ya pakai nama itu untuk nyebut dia, biar gampang.." jelas Melody.
    "Mr. Black ya? Keren juga sih. Oke.." ucap Imo sambil makan dikantin sekolah itu.
    "Theater kemarin jum'at dimulai jam 4 sore, waktu dimana Mr. Black sering beraksi. Dua dari anggota tim kita berhasil diculik dia.." kata Melody.
    "Lampu gedung theater dia matiin, saat itu dia ambil korban dari kita dan bawa pergi nggak tahu kemana.." tambah Shania.
    "Dia cuman ninggalin kertas, sama tulisan di white board kelas J. Itu jadi satu-satunya petunjuk kita.." tambah Sonia.
    "Dari penjelasan mereka, menurutmu gimana Mo?" tanya Stella.
    "Hmm.. Bagus sih. Nasi goreng disini juga enak.." kata Imo gampangnya.
    "Bukan itu yang aku tanyain! Hih, kalau kamu nggak bisa bantu ya nggak usah dateng tadi.." kata Stella marah.
    "Hhehe, santai Stell. Kamu serem banget kalau marah. Mungkin serem kamu dari pada Mr. Black itu.. Hhihi.." kata Imo lagi.
    "Kami disini berharap sama kamu. Karena cowok-cowok di sekolah ini udah pada trauma sama Mr. Black itu. Jadi kami minta bantuan cowok luar.." kata Melody.
    "Iya, aku juga tahu kok. Hhehe.." ucap Imo.
    "Jadi, gimana menurutmu?" tanya Melody lagi.
    "Temen kalian yang jadi korban siapa namanya?" tanya Imo.
    "Mova sama Rica.." ucap ve.
    "Ohh.. Lahirnya bulan apa?" tanya Imo lagi.
    "Kenapa malah tanya bulan segala sih? Nggak nyambung.." kata Achan.
    "Hhahaha.." Imo pun tertawa.
    "Bentar. Kalau Mova bulan agustus, Rica juga agustus kayaknya.. kata Sonia.
    "Beneran? Jangan-jangan.." kata Stella.
    "Hhahahahahaha.." Imo kini tertawa lebih keras.
    "Bentar Mo, diem dulu. Kalau mereka sama-sama lahir bulan agustus, ada kemungkinan memang bulan itu yang di incer sama Mr. Black. Tapi..." jelas Stella.
    "Maksudmu Stell?" tanya Diasta.
    "Maksud Stella, semua korban Mr. Black itu lahir di bulan yang sama, yaitu bulan ke delapan. Dengan kata lain, agustus.." jelas Melody.
    "Tapi dari mana dia bisa tahu bulan lahir siswa disini?" tanya Dhike.
    "Nah, itu permasalahan yang dipikirin sama Stella tadi.." kata Melody.
    "Ahh.. Akhirnya selesai makannya. Lumayan kenyang. Hhahaha.." kata Imo di tengah-tengah ketegangan.
    "Anak ini. Bisa-bisanya bilang gitu disaat genting kayak gini.." batin Delima.
    "Hmm.. Anak ini meragukan banget kemampuannya.." pikir Sendy.
    "Nah, sekarang aku mau tanya.." ucap Imo.
    "Apa?" saut Frieska.
    "Siapa diantara kalian yang juga lahir bulan agustus?" tanya Imo.
    "Aku bulan agustus.." jawab Ve.
    "Aku juga sama.." jawab Sendy.
    "Ohh.. Kalian berdua aja? Hati-hati ajalah, siapa tahu kalian inceran dia berikutnya. Itu juga kalau emang bener Mr. Black ngincer siswa yang lahir dibulan agustus. Kalau salah sih, nggak papa.. Hhehe.." jelas Imo.
    "Imo bener. Cepat atau lambat, diantara kami pasti ada yang jadi korban lagi. Tapi masalahnya, siapa orang dari sekolah ini yang bantu Mr. Black itu sampai dia bisa tahu bulang lahir siswa disini? Kalau bisa tahu orangnya, Mr. Black bisa kita ungkap identitasnya.." pikir Stella.
    "Terus apa rencana kita buat besok?" tanya Cindy.
    "Sementara ini, kita waspada aja seperti biasa. Nggak bisa buat rencana kalau kita nggak tahu apa yang mau dilakukan sama Mr. Black.." kata Melody.

    Disaat sedang membicarakan masalah Mr. Black, ada seseorang yang melihat mereka dari kejauhan. Imo yang menyadari hal itu langsung memberitahukannya kepada yang lain..
    "Ada yang lagi ngawasin kita dari jauh.." kata Imo pelan.
    "Mana Mo?" tanya Stella.
    "Bentar. Kalian semua diem dulu.." ucap Imo.

    Imo lalu mengambil sesuatu di dalam tasnya. Ia lalu melemparkan itu ke arah semak-semak halaman sekolah. Sayang, mangga yang ia lempar tidak mengenai orang di sema-semak itu..
    "Aduhh.. Meleset.." kata Imo.
    "Itu mangga kan?" tanya Jeje.
    "Hhehe.. Iya, tadi aku ngambil di pohon deket taman.." jelas Imo.
    "Ohh.."
    "Bentar ya, kalian tunggu sini. Aku mau ngejar orang tadi, siapa tahu dia orang yang kita cari.." ucap Imo.

    Ia lalu berlari ke arah semak-semak. Tapi disana sudah tidak ada orang. Maka ia melihat ke sekeliling, dan orang itu ada di dekat pohon mangga di luar sekolah. Maka Imo langsung mengejarnya lagi. Dari belakang, Imo melempar orang dengan baju hitam-hitam itu menggunakan batu yang ia ambil dari pinggir jalan. Tapi orang itu selalu bisa menghindar. Maka kaburlah orang itu. Imo masih ngos-ngosan karena mengejar orang itu. Tapi di jalan itu, orang berpakaian hitam-hitam itu tidak sadar kalau ia menjatuhkan handphone nya. Imo lantas mengambil itu.
    "Orang itu.." batin Imo.

    Imo lalu membuka handphone itu, dan melihat ada pesan yang masuk.
    Teman kalian yang bernama Mova dan Rica masih ada padaku. Kalau kau dan teman wanitamu itu masih berani macam-macam denganku, aku tidak akan segan-segan untuk menyakiti mereka berdua. Hahahaha. ~ Mr. Black.

    "Hmm.. Dasar bodoh. Aku bisa melacak dari mana pesan ini datang. Ternyata Mr. Black tidak sejenius yang aku pikirkan.." pikir Imo.

    Maka Imo kembali dan menemui teman lainnya disana.
    "Tadi yang aku kejar itu Mr. Black, aku dapetin hp nya jatuh di jalan. Dia kasih sms, kalau kita macam-macam sama dia, dia nggak akan segan buat nyakitin temen kalian itu.." jelas Imo.
    "Terus gimana sekarang? Apa yang harus kita perbuat?" tanya Melody.
    "Kamu tenang dulu. Ntar dirumah aku coba lacak dia dari sms yang dia kirim ke aku. Semoga berhasil.." kata Imo.
    "Oke kalau gitu. Makasih.." ucap Melody..

    Mereka semua lalu pulang kerumah masing-masing. Dan hari yang baru, siap menantang mereka. Begitu juga dengan Mr. Black..

~ To be continued ~

Copyright: relatable48.blogspot.com

1 komentar: