Good Hope Hospital, Inggris 22th July 2014 8.05 PM
Di Kamar 301, sedang terbujur tidak berdaya seorang gadis muda kira-kira usia 16 tahun karena penyakit yang parah sedang menggelayuti dirinya. Gadis itu kehilangan semangat setelah kurang lebih dari seminggu yang lalu harus di rawat di rumah sakit. Dia mengidap penyakit leukimia, kejadiannya malam setelah tahun baru, gadis itu merasa kepalanya pusing dan akhirnya jatuh pingsan hingga saat ini dirinya hanya bisa terbaring lemah tak berdaya. Gadis itu bernama Yuvi.
Tiba-tiba pintu ruangan tersebut terbuka dan masuklah sosok pemuda dengan membawa sebuah bungkusan plastik berisi makanan.
"Hey? Yuvi? Bangun sayang... Kakak bawa makanan nih..."
Yuvi membuka mata dan terkejut melihat kakaknya sudah berdiri di depannya sambil meneteng sebungkus makanan.
"Asyik... Kakak bawa apa? Udah laper nih... Kelamaan nunggu jadi tidur deh" Bisik Yuvi lemah.
"Maaf, tadi tokonya rame, jadi agak lama.. Ini kakak bawa sup kesukaan kamu" Kata Agung sembari mengeluarkan sup yg sudah di bungkus rapih di dalam wadah plastik.
Agung adalah kakak kandung dari Yuvi, mereka adalah yatim piatu. orang tua mereka meninggal kecelakaan pesawat saat hendak menyusul mereka ke Inggris dari Indonesia. Sejak saat itu, Agung merasa bahwa dialah yang harus menjaga adiknya ini yang sudah dianggap seperti malaikat kecil baginya.
"Kakak nggak makan?" Tanya Yuvi sembari menghirup aroma sup kesukaannya. "Ini enak loh.." Lanjutnya.
Agung hanya menggeleng sambil mengelus rambut panjang adiknya yang terurai hitam legam. Yuvi melahap makanannya dengan sangat cepat. Agung hanya tersenyum menahan tawa melihat kelakuan adiknya. Tiba-tiba Yuvi tersedak dan batuk-batuk.
"Mangkanya, kalo makan pelan-pelan..." Bisik Agung memberikan segelas air pada Yuvi.
"Yee... Aku laper tau..." Jawab Yuvi tak mau kalah sambil menjulurkan lidah.
Agung tertawa kecil lalu menjatuhkan diri di sofa sebelah tempat tidur Yuvi. Dirinya merasa sangat lelah hari ini hingga tanpa di sadari langsung tertidur pulas meninggalkan Yuvi yang masih melahap sup miliknya.
****
California, Amerika Serikat 22th July 2014 09.05 AM.
Sementara itu....
Suasana Kota California saat itu cukup dingin. Butiran salju masih turun walau tidak sebanyak bulan Desember. Beberapa orang masih mengenakan mantel untuk membunuh rasa dingin yang menusuk tulang. Seorang gadis berjalan sendirian di kerumunan orang-orang yang berjalan terburu-buru. Gadis itu tampak merenung sambil tetap terus berjalan. Hingga gadis itu kini duduk di bangku café dan mengeluarkan secarik foto dirinya bersama seorang laki-laki.
"Agung... Apa kamu masih memegang janjimu sama aku setelah kejadian itu?" Bisik gadis itu sembari memandang foto tersebut.
Tanpa di sadari air mata gadis itu menetes dan membasahi foto tersebut, gadis itu tersadar dan menyeka air matanya dan membasuh foto tersebut dengan lengan mantelnya. Perasaannya benar-benar sedih mengingat perpisahan dirinya dengan laki - laki itu yang seharusnya tidak terjadi secepat itu.
( Flashback...)
"Maafkan aku, aku harus pergi mengejar impianku. Aku mohon kamu tetap jalani hidupmu meski tanpa aku, Agung." Bisik Elaine.
"Kenapa musti begini sih ? Aku gak mau kamu terlalu cepat pergi... Bagaimana hubungan kita?" Agung bingung.
Suasananya benar-benar dingin mereka hanya saling pandang walau sebenarnya masih banyak yang ingin mereka bicarakan. Tiba-tiba Elaine mengambil tas miliknya dan berjalan pergi meninggalkan Agung.
"OKE! KAMU BOLEH PERGI NINGGALIN AKU!! TAPI INGET LEN, SAMPAI KAPANPUN AKU AKAN TETAP NUNGGUIN KAMU HINGGA KITA BERTEMU LAGI ENTAH KAPAN!!" teriak Agung seiring menjauhnya Elaine.
"Hoi!!! Ngelamun aja kakaknyo... Ada apa sih?" Teriak seorang gadis membuat lamunan Elaine jadi buyar.
"Nggak kok dedeknyo... Lama amat sih?" Balas Elaine sambil nyengir kuda.
Gadis itu langsung duduk manis di samping Elaine dan mulai nyerocos panjang lebar menjelaskan alasan keterlambatannya. Gadis itu adalah sahabat Elaine menimba ilmu di salah satu akademi terkenal di Amerika Serikat, namanya Yansen.
"Jadi, mau kemana lagi nih?"
Elaine hanya mengangkat bahu dan menyenderkan badannya sembari merasakan suasana dingin di kota California saat ini.
****
Riverside Park, Inggris 23th July 2014 01.59 PM.
Suasana dingin di Inggris masih terasa hingga saat ini. Nampak 5 orang sahabat karib sedang berkumpul bersama di tengah kerumunan orang yang berlalu lalang di sekitar mereka.
"Yaelah... Terus gua sama Fajar harus gimana gung ?" Salah seorang dari mereka tampak gusar.
"Heh Kel ! Tenang dikit kenapa sih? Aku gak suka liat kamu begitu.. Malu sama orang !" Bentak salah seorang gadis diantara mereka.
"Ya lu berdua kan sahabat gua dari SMA... Ngertiin gua dikit kenapa sih ? Posisi gua lagi sulit sekarang..." Agung berkata dengan tatapan kosong.
Mereka berlima tampaknya sedang berdiskusi tentang suatu masalah yang di alami Agung. Agung mempunyai dua sahabat kental semenjak mereka masih SMA. Mereka adalah Kelvin dan Fajar, karakter dua sahabatnya ini benar-benar berbeda. Kelvin lebih gampang emosi sementara Fajar lebih memilih kalem walau kadang tersulut emosi melihat Kelvin emosi (?) Mereka masing-masing memiliki pasangan yang cocok dengan kepribadian mereka, Sofia dan Gracia. Dua cewek ini adalah kelemahan keduanya apabila mereka sudah mulai emosi dua cewek ini pasti langsung menahan mereka dengan membentak atau menjewer telinga mereka.
"Ya kalo gua jadi lu gung, gua lebih milih ngurusin Yuvi lah daripada nyari Elaine..." Celetuk Fajar tiba-tiba.
"Tapi gua juga sayang sama Elaine, Jar... Gua pengen nyariin dia sampe ketemu..." Balas Agung kali ini dengan air mata yang mulai menetes.
"Yaudahlah gausah nangis gitu gung... Kita tau ini berat buat elo tapi, kalo lo butuh kita, kita siap bantu kok..." Kata Sofia.
"Makasih kawan-kawan... Kalian emang baik" Agung menyeka air matanya yang sedikit terjatuh.
"Terus kamu mau cari Elaine kemana?" Tanya Gracia.
Agung hanya merunduk tidak menjawab. Melihat itu Kelvin langsung merangkulnya dan memberikan semangat dengan menepuk-nepuk bahu Agung. Agung mencoba tersenyum walau hatinya menjerit mencari keberadaan Elaine.
"Mendingan sekarang lu fokusin aja jagain Yuvi sampe dia sembuh... Dia lebih butuhin lu sekarang, soal Elaine tenang aja jodoh gak kemana kok" Kelvin berusaha menyemangati Agung.
"Eh.... Makan yukk.... Laper...." Celetuk Fajar sembari memegang perutnya.
Mereka serempak mengiyakan ajakan Fajar, tapi tidak demikian dengan Agung. Dirinya teringat pada adiknya yang belum makan hingga siang ini.
"Sorry, gua nggak ikut ye.. Yuvi belum makan..." Agung bergegas meninggalkan mereka yang hanya melongo menatap kepergian Agung.
****
Good Hope Hospital, Inggris 23th July 2014 05.36 PM.
Di kamar 301, Yuvi tertidur pulas, sementara Agung menatap serius layar laptopnya nampak sibuk dengan tugas sekolahnya. Sesekali dirinya memperhatikan Yuvi kalau sewaktu-waktu terbangun dan mencari dirinya.
Bunyi pintu terbuka membuat Agung menoleh kearah pintu dan mendapati empat sahabat karibnya datang.
"Gimana Yuvi gung?" Tanya Kelvin.
"Tuh, lagi tidur... Tadi dia udah makan ternyata..." Balas Agung sambil tetap fokus pada laptopnya.
Sofia langsung mendekat kearah kasur Yuvi dan membelai rambut Yuvi dengan lembut, sementara Gracia berjalan ke sisi lain kasur dan melihat alat pemantau jantung Yuvi. Fajar dan Kelvin langsung duduk di kedua sisi Agung sembari ikut memperhatikan laptop
"Masih normal kok... Berarti sehat..." Celetuk Gracia.
"Yaa emang sehat, wong masih nafas gitu..." Balas Fajar.
"Ihhh, orang aku cuman ngasih tau juga..." Gracia tak mau kalah.
Kelvin dan Sofia hanya menahan tawa melihat kelakuan dua orang sahabat mereka ini bertengkar. Sofia memberi kode pada Gracia untuk mengalah dan Kelvin menepuk bahu Fajar yang mulai emosi.
"Kenapa sih lu berdua? Lagi musuhan?" Tanya Agung.
"Bukan gitu... Tadi ada kejadian lucu soalnya gung..." Sofia tertawa.
Agung mengerutkan dahi terlihat bingung "Kejadian lucu?"
"Jadi gini... Tadi waktu kita semua makan si Fajar kan gak suka pedes nah dia minta saus tomat, sama Gracia di kasih saus sambal alhasil dia kepedesan sampe mukanya merah.. Lucu deh" Jelas Kelvin lalu tertawa. Sofia juga ikut tertawa.
Agung jadi tertawa membayangkan ekspresi Fajar yang menahan pedas. Fajar terlihat kesal dengan situasi seperti ini. Sementara semua tertawa Gracia hanya menunduk.
****
Stanford University, Amerika Serikat 23th August 2014 04.30 PM.
"APA?? Nggak mungkin.... Ini pasti bohong kan? Halo?" Elaine nampak pucat menerima telepon dari seseorang diseberang sana.
"Kenapa kakaknyo?" Kata Yansen sambil tetap menjilat es krim miliknya.
Elaine hanya terdiam merenung, dirinya shock mendengar kabar dari sang penelpon.
****
Good Hope Hospital, Inggris 23th August 2014 02.00 AM
"Dokter kondisinya semakin kritis, apa yang harus kita lakukan?" Bentak seorang Suster.
"Ambilkan alat pacu jantung, Sus..." Balas sang Dokter.
Di luar ruangan.....
"Tenang Gung, Yuvi gapapa kok..." Bisik Fajar menenangkan Agung.
Agung benar-benar pucat mengetahui kini adiknya berada dalam kondisi yang paling kritis dan apabila Yuvi gagal melewati kondisi ini maka dirinya akan menyusul kedua orang tuanya meninggalkan sang kakak sendirian di dunia ini. Tanpa sadar air mata menetes dari pelupuk mata Agung.
"Gung, mending kamu berdoa sana.. Mudah-mudahan Yuvi gak kenapa-kenapa..." Usul Sofia
Semua sekarang berada dalam situasi resah menunggu keadaan Yuvi yang masih belum stabil sampai saat ini. Agung, Fajar, Kelvin, Gracia, dan Sofia terlihat masing-masing berdoa untuk Yuvi.
( Flashback... )
"Kak, Nanti kalau kita sudah dewasa kakak harus janji jagain aku terus yaa..." Yuvi berlari kecil menjauh dari Agung. "Sekarang kejar aku..." Lanjutnya sambil tertawa.
"Yuvi... Jangan jauh-jauh nanti dimarahin mama tau.." Agung berusaha mengejar.
Mereka berkejaran dengan riang kesana kemari seperti tidak ada masalah apapun yang bakal terjadi saat mereka dewasa nanti. Agung dan Yuvi memang adik kakak yang sangat kompak bahkan orang tua merekapun sampai merasa bangga memiliki anak seperti mereka. Agung menghampiri Yuvi dengan memegang kecoa mainan dan menakut-nakutinnya.
"Papahh.... Kak Agung nakal... Nakut-nakutin aku..." Yuvi menangis sambbil berlari menuju ayahnya dan memeluknya erat.
Agung mengelak namun gagal alhasil kupingnya merah kena jeweran sang ayah sementara Yuvi hanya tertawa sambil menjulurkan lidah melihat kakaknya dimarahi sang ayah.
"HOII.... Kenapa lu?" Suara Fajar membuyarkan kenangan masa kecil Agung bersama Yuvi.
Dokter keluar dari ruang operasi dengan wajah lusuh. Agung langsung merunduk melihat wajah sang dokter, sementara yang lain masih terlihat tegang. Dokter melepas masker dan berusaha mengatakan sesuatu.
"Gimana keadaan Yuvi dok?" Celetuk Sofia.
Sang dokter menghela nafas. "Maaf...." Terdiam sesaat. "Yuvi gagal melewati fase kritis..." Lanjutnya.
Semua kaget tercengang mendengar sang dokter. Agung tak kuasa menahan tangis. Gracia yang duduk disebelahnya memeluk dirinya menguatkan keadaannya, dan Fajar hanya tertunduk lemas. Sementara tangisan Sofia pecah, Kelvin pun memeluk dan menenangkannya. Suasana benar-benar berduka saat itu.
****
Marukyuu Graveyard, Inggris 23 September 2014 03.59 PM
"Tak terasa sudah sebulan lalu kamu pergi meninggalkan kakak. Sekarang kamu apa kabar disana? Udah ketemu mama papa ya?"
Agung membersihkan beberapa dedaunan yang terjatuh diatas makam milik Yuvi. Menaburkan bunga-bunga, tak lama sahabat-sahabatnya datang.
Tak jauh dari sana....
"Maafin Elaine ya mah, baru bisa nengokin mama sekarang. Elaine udah lulus dengan predikat memuaskan mah.. Ini juga berkat mama... Maafin Elaine juga belom bisa ngabulin permintaan mama yang terakhir..."
Elaine menabur bunga dan memanjatkan doa buat sang ibu.
****
"Jadi kita makan dulu?" Tanya Fajar.
"Kamu itu otaknya cuman makan doang ya? Heran..." Balas Gracia.
Fajar hanya memanyunkan bibir terlihat kesal dengan Gracia. Sementara Kelvin, Sofia, dan Agung hanya tertawa melihat kelakuan mereka yang selalu bertengkar. Ketika hendak meninggalkan pemakaman Agung melihat seorang perempuan sedang menabur bunga ke makam seseorang. Wajahnya sangat familiar.
"Elaine?" Bisik Agung masih kurang yakin.
Dirinya berusaha mendekati gadis itu yang sedang menabur bunga di salah satu makam. Dari samping memang mirip sekali dengan Elaine perempuan yang selama ini menghilang dari hidupnya.
"Kamu Elaine kan?" Tepuk Agung di pundak sang gadis.
"Agung?" Gadis itu menoleh dan berusaha mengira sosok yang ada di depannya.
****
Seluruh tubuh Agung serasa lemas seiring pertemuan kembali dirinya dengan tambatan hatinya yang selama ini pergi entah kemana. Dengan senyum bahagia dirinya langsung memeluk gadis tersebut dengan erat.
"Iya... Ini aku Agung, satu-satunya orang yang masih menunggu kamu hingga saat ini..."
"Jadi benar? Kamu masih nungguin aku hingga saat ini? Maafkan aku Agung...." Elaine membenamkan wajahnya di pundak Agung dan menangis.
"Ini makam siapa?" Tanya Agung sesaat setelah pelukan mereka terlepas.
"Ini makam ibuku. Kini dia sudah pergi dan tak mungkin kembali lagi..." Jawab Elaine. "Oh iya, mama... Ini Agung, orang yang mau aku kenalin sama mama.. Sekarang permintaan mama yang terakhir udah bisa Elaine kabulin kan?" Lanjutnya.
Elaine langsung mengapit tangan Agung mesra dan menyenderkan kepalanya di bahu Agung. Agung hanya tersenyum dan membelai rambut Elaine, lalu mereka melangkah bersama meninggalkan pemakaman bersama dengan empat sahabat Agung yang lain.
****
Yup, Cinta memang sebuah misteri yang tak bisa dipecahkan, tapi apabila kita percaya itu akan berhasil suatu saat. Agung memang beruntung memilih untuk menunggu Elaine dan akhirnya takdir berpihak padanya setelah kepergian Yuvi sang adik, dirinya dipertemukan kembali dengan Elaine di tempat yang paling menyedihkan, tapi justru tempat itu menjadi tempat yang paling membahagiakan baginya. Itulah kekuatan cinta sejati.
BINGO! BINGO! AKHIRNYA KITA BERJUMPA LAGI (FINALLY!)
BINGO! BINGO! TUK PERTAMA KALI AKHIRNYA KUSADARI (I'LL TAKE A CHANCE!)
BINGO! BINGO! SAMPAI SAAT INI TAK MENOLEH,
UNTUNGNYA AKU TERUS MENUNGGU, TAKDIRPUN BERPIHAK PADAKU
LOVE LOVE ME DO....
THE END
@Agung_PZS / #AG
Sugoii!! Member fav gw jadi fanfict keren juga(y) apalagi ada yupi
BalasHapusThanks Brow :3 Promote ke Yang Lain Juga yaa .. Biar Makin maju ni Blog :)
Hapus